Manajer Kebun Montoya, Ahmad Budi Santoso, menyampaikan bahwa keputusan ini telah melalui kajian komprehensif dan memperoleh persetujuan dari manajemen regional.
“Proposal konversi lahan ini sudah disetujui regional office. Tahun depan kami mulai dengan 50 hektare, dan bertahap hingga 2027 akan mencapai 600 hektare,” ujarnya, Rabu (22/10).
Menurut Ahmad, kopi dipilih sebagai komoditas unggulan karena memiliki prospek pasar global yang stabil serta nilai ekonomi yang menjanjikan.
“Kopi punya daya saing internasional dan nilai jual tinggi. Konversi ini juga menjadi langkah pemulihan lahan untuk memperkuat kinerja bisnis PTPN I,” tambahnya.
Sebagai bagian dari penguatan rantai nilai hilirisasi, PTPN I Regional 2 juga menyiapkan pengembangan fasilitas pengolahan kopi. Pabrik pengolahan akan dibangun dengan memanfaatkan eks pabrik teh CTC di Rongga.
“Ini akan menjadi game changer untuk memastikan produk kopi kami tidak hanya kuat di hulu, tetapi juga punya nilai tambah maksimal di hilir,” tegas Ahmad.
Direktur Utama PTPN I, Teddy Yunirman Danas, menegaskan bahwa hilirisasi menjadi inti strategi perusahaan sebagai Subholding Supporting Company di bawah Holding Perkebunan PTPN III (Persero).
“Kami mendukung penuh agenda hilirisasi pemerintah, khususnya bersama Kementerian Pertanian. Ini bukan sekadar peluang bisnis, tetapi misi nasional untuk memperkuat struktur ekonomi dari hulu ke hilir,” ungkap Teddy.
Ia menambahkan, transformasi ini memberikan dampak luas, mulai dari peningkatan nilai tambah produk, penyerapan tenaga kerja, hingga penguatan ekonomi desa di wilayah sekitar perkebunan.
“Kalau dulu kami fokus pada produk bahan baku, sekarang kami didorong hilirisasi penuh. Contohnya produk Golden Djawa di Jember. Kini, kami perluas ke kelapa dan kopi,” jelasnya.
Teddy menilai konversi lahan teh ke kopi tidak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga upaya transformasi industri perkebunan nasional secara berkelanjutan.
“Sekali dayung, banyak manfaat tercapai. Industri tumbuh, ekonomi daerah bergerak, tenaga kerja terserap, dan kesejahteraan meningkat. Inilah peran PTPN sebagai agent of development dan agent of change,” tegasnya.
Dengan langkah strategis ini, PTPN I Regional 2 semakin mengukuhkan perannya sebagai pionir hilirisasi komoditas strategis, sekaligus memperkuat visi besar Holding Perkebunan Nusantara untuk menjadikan Indonesia bukan sekadar produsen bahan mentah, tetapi pemain utama dalam industri hilir perkebunan bernilai tambah tinggi di pasar global.(Sabirin)


Social Footer