Kepala OJK Provinsi Kalimantan Barat, Rochma Hidayati, dalam sambutannya menekankan pentingnya pendekatan budaya dalam mengedukasi masyarakat mengenai sektor jasa keuangan.
“Indonesia merupakan bangsa yang besar dan kaya akan adat serta budaya di tiap daerah. Oleh karena itu, inovasi berbasis kearifan lokal sangat diperlukan agar pesan-pesan edukasi dapat diterima dan dipahami dengan lebih mudah oleh masyarakat,” ungkap Rochma.
Salah satu bentuk inovasi yang diusung adalah pemanfaatan pantun sebagai media edukasi keuangan. Pantun dinilai sebagai warisan budaya yang akrab dengan masyarakat dan mampu menyampaikan pesan secara menyenangkan. Melalui pantun, OJK menyisipkan pesan-pesan penting seputar pengelolaan keuangan, kewaspadaan terhadap aktivitas keuangan ilegal, pemanfaatan layanan keuangan berbasis syariah dan digital secara bijak, serta berbagai materi literasi keuangan lainnya.
“Kegiatan ini menjadi awal dari rangkaian inovasi kami dalam mengangkat kearifan lokal sebagai sarana edukasi keuangan. Kami akan menghadirkan berbagai konten kreatif seperti pantun cerdas, materi literasi berbahasa daerah, video, jingle, dan bentuk kreasi lainnya, yang dikembangkan bersama komunitas seni, budaya, akademisi, dan tokoh adat,” tambah Rochma.
Kegiatan ini diikuti oleh 100 peserta dari berbagai elemen masyarakat, di antaranya Balai Bahasa, Taman Budaya Kalimantan Barat, Majelis Adat Budaya Melayu, Dayak, dan Tionghoa, Forum Pembauran Kebangsaan, Bina Antar Budaya Chapter Pontianak, Dekranasda, serta komunitas seni seperti Serumpun Berpantun, Teater FISIP Universitas Tanjungpura, Sanggar Kiprah, dan lainnya.
Selain berbalas pantun bertema cerdas keuangan, acara juga dimeriahkan dengan pertunjukan seni budaya khas Kalimantan Barat dan pameran produk UMKM kreatif dari anggota Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI) Kalimantan Barat.
Melalui pendekatan budaya ini, OJK berharap pesan-pesan literasi dan inklusi keuangan dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas dan efektif.(Sabirin)
Social Footer