Breaking News

Hasil Transformasi, PTPN Target Produksi Kopi Tertinggi Mencapai 1.200 Ton


Jakarta - Kopi arabika hasil bumi Indonesia kian digemari di berbagai negara, mulai dari Timur Tengah, Eropa, hingga Amerika meski di tengah bayang-bayang tarif resiprokal yang diterapkan negeri Paman Sam tersebut. 

Sepanjang kuarter pertama 2025, tercatat sedikitnya 127 ton kopi produksi Java Coffee Estate (JCE) yang merupakan hasil perkebunan kopi yang dikelola melalui kerja sama operasi (KSO) dua sub Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), PTPN IV PalmCo dan PTPN I SupportingCo kembali mampu menembus berbagai negara tujuan.

Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Ahad (1/6/2025) mengatakan sejauh ini Inggris menjadi negara importir kopi terbesar dengan total mencapai 54.000 kilogram atau senilai Rp6,5 miliar. 

Disusul Amerika dengan total impor mencapai 36.000 kilogram dengan valuasi mencapai Rp4,3 miliar. Saudi Arabia dan Norwegia turut tak ketinggalan dengan mengimpor kopi JCE PTPN dengan total impor kedua negara mencapai 38.400 kilogram atau setara Rp4,5 miliar. 

Jatmiko optimis ekspor kopi dari kawasan Ijen, Bondowoso tersebut terus meningkat seiring peningkatan kualitas mutu ekspor serta adaptasi dalam penerapan sertifikasi berkelanjutan seperti Rainforest Alliance (RA) dan European Union Deforestation Regulation (EUDR).

"Di tahun 2024, kita berhasil membukukan ekspor kopi mencapai 600 ton ke berbagai negara Eropa, Asia, dan Amerika. Insya Allah, di tahun ini kita optimis ekspor kopi Arabika specialty dari JCE akan terus tumbuh dengan dukungan berbagai program strategis, seperti replanting, sertifikasi keberlanjutan, pemanfaatan teknologi, serta adaptasi terhadap regulasi global,” kata dia.

Komoditas ekspor tersebut turut menggerek pendapatan bersi JCE PTPN dengan catatan laba bersih sebesar Rp6,51 miliar sepanjang Januari-Apri 2025 ini. Sementara hingga akhir tahun ini, Jatmiko menargetkan laba bersih JCE dapat menyentuh angka Rp33,36 miliar, atau meningkat dibandingkan perolehan laba bersih tahun sebelumnya sebesar Rp32 miliar. 

Untuk mencapai target tersebut, Jatmiko yang memiliki catatan apik dengan sukses mentransformasi PTPN komoditas sawit di Riau hingga mencatat laba tertinggi sepanjang sejarah selama lima tahun berturut-turut itu mengatakan pihaknya akan fokus pada berbagai inisiatif lainnya.

Program intensifikasi melalui peremajaan menggunakan bibit unggul serta penerapan teknologi lebih efesien yang telah dilakukan secara bertahap sejak tahun 2021 hingga tahun 2025 dipercaya terus menjadi tulang punggung utama penguatan dalam meningkatkan produktivitas.

Hingga 2024 kemarin, program replanting mencapai 80 persen atau 1.200 Ha dari total target total tanaman baru mencapai 1.500 Ha.  

"Kami sadari bahwa keberlanjutan adalah kunci dalam upaya mengembalikan kejayaan legenda kopi Jawa di pasa global. Untuk itu, program replanting ini tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga membantu memperpanjang siklus produksi kopi di perkebunan," ujarnya 

"Dengan pendekatan yang lebih modern dan berbasis data, kita berupaya agar setiap hektare Java Coffee Estate dikelola secara optimal untuk menghasilkan biji kopi berkualitas tinggi yang memenuhi standar ekspor,” lanjut Jatmiko.

Melalui program replanting secara berkelanjutan tersebut, ia pun berani memasang target produksi kopi JCE sepanjang 2025 ini mencapai 1.182 ton atau yang tertinggi sepanjang sejarah JCE berdiri. 

Untuk diketahui, PTPN IV PalmCo yang memiliki basis usaha komoditas sawit menjawab tantangan Holding Perkebunan Nusantara melalui KSO bersama PTPN I SupportingCo pada 2022 lalu. KSO tersebut mencakup program investasi dan eksploitasi perkebunan kopi seluas 3.530,77 hektare. 

Dalam program KSO yang berlangsung selama 10 tahun tersebut, PTPN IV PalmCo berkomitmen menanggung 100 persen biaya investasi yang dikeluarkan. KSO PTPN IV PalmCo tidak hanya membawa investasi, melainkan budaya kerja dan pendekatan teknologi informasi yang sepenuhnya berbeda di JCE. Langkah pertama Jatmiko usai KSO disepakati adalah melakukan pengukuran ulang menggunakan drone berbasis GIS. 

Langkah itu penting untuk memastikan areal statement produktif dan non produktif. Selanjutnya, PTPN IV PalmCo turut memperbaiki pengelolaan budidaya dan peremajaan yang terencana mengacu pada Best Management Practices. 

Tidak hanya itu, Jatmiko turut memangkas birokrasi yang lebih cepat serta mampu telusur berbasis informasi teknologi, melaksanakan evaluasi biaya kerja yang tersistem, serta restrukturisasi organisasi yang lebih ramping dan cekatan.

Tiga tahun berjalan, perubahan signifikan terjadi di JCE dengan produktivitas yang mencapai 409 kilogram/Ha bagi komoditas greenbeannserts dan 2.470 kilogram/Ha untuk komoditas kopi Cherry. 

Lebih jauh, Jatmiko menjelaskan bahwa seluruh capaian itu tidak lepas dari dedikasi, kerja keras, dan komitmen dari setiap individu yang telah mendukung penuh transformasi JCE demi mengembalikan legenda kopi jawa di kancah internasional. 

Ia pun turut berpesan agar konsistensi dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip budidaya demi menjaga produktivitas, kualitas, keberlanjutan, serta pelayanan terbaik. 

"Apa yang telah kita lakukan di sini akan kita jadikan role model. Kita akan tularkan best practices ini ke para petani kopi di Indonesia. Sehingga nantinya tidak hanya JCE dan PTPN saja sejahtera, tapi seluruh petani kopi Indonesia akan merasakan nikmatnya dari hasil bertani kopi ini," ujarnya.(Sabirin)

Iklan Disini

Type and hit Enter to search

Close